Pengertian Franchise: Keuntungan hingga Tips Membukanya

Bru
Rabu, 16 Juli 2025 | 09:44:39 WIB
pengertian franchise

Pengertian franchise telah meluas dari sekadar kerja sama bisnis menjadi salah satu model usaha paling besar dalam sejarah dunia.

Namun, pernahkah kamu bertanya bagaimana awal mula konsep ini terbentuk? Dari mana sistem ini berasal dan bagaimana bisa menjadi tren global seperti sekarang? 

Dalam tulisan ini, akan diulas perjalanan panjang perkembangan sistem franchise sejak pertama kali dikenalkan hingga menjadi bagian penting dalam dunia kewirausahaan modern. 

Melalui penelusuran sejarahnya, kita dapat memahami lebih dalam bagaimana konsep kemitraan bisnis ini lahir, berkembang, dan menjadi strategi pilihan bagi banyak pelaku usaha. 

Semua penjelasan ini akan membantumu memahami secara utuh tentang pengertian franchise dan peran pentingnya dalam ekosistem bisnis saat ini.

Pengertian Franchise dan Sejarahnya

Pengertian franchise berasal dari kata dalam bahasa Prancis kuno, franchir, yang bermakna “bebas”, yakni kebebasan yang diberikan kepada pihak tertentu dalam konteks kerja sama. 

Secara umum, model usaha ini merujuk pada hak yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok individu untuk memasarkan produk maupun layanan dari sebuah perusahaan, baik itu dalam bentuk barang maupun jasa. 

Gagasan ini pertama kali muncul pada masa abad pertengahan, di mana hak-hak khusus diberikan oleh otoritas seperti kerajaan, lembaga keagamaan, atau pemerintahan lokal kepada pihak tertentu untuk menjaga stabilitas dan menyelenggarakan aktivitas ekonomi.

Kala itu, sistem peradilan memberikan wewenang kepada individu untuk mengelola pasar atau melakukan transaksi perdagangan tertentu. 

Seiring waktu, sistem tersebut mengalami perkembangan hukum dan mulai diatur dalam kerangka hukum umum Eropa. 

Pada masa kolonialisme, sistem serupa juga diadopsi, di mana otoritas lokal diberi izin oleh kerajaan untuk menyelenggarakan kegiatan ekonomi, seperti penyelenggaraan pameran dan aktivitas jual beli lainnya.

Dari Eropa, konsep ini meluas ke berbagai negara, termasuk Jerman dan Amerika Serikat. Sekitar tahun 1840-an, Jerman mengenal sistem ini sebagai bentuk hak khusus dalam mendistribusikan makanan dan minuman. 

Sementara di Amerika, gagasan ini mulai diimplementasikan pada tahun 1951 dan menjadi salah satu strategi pengembangan produk dan layanan secara lebih luas.

Salah satu perusahaan awal yang menerapkan sistem ini di Amerika adalah Singer, produsen mesin jahit. 

Perusahaan ini bekerja sama dengan para pengusaha untuk memasarkan produknya di berbagai wilayah, sekaligus memberikan pelatihan kepada pelanggan terkait penggunaan mesin jahit tersebut. 

Hal ini memungkinkan Singer untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dalam skala besar. Model ini kemudian diikuti oleh sejumlah industri lain, seperti minuman, otomotif, dan energi. 

Seiring berkembangnya kendaraan bermotor di Amerika, perusahaan-perusahaan seperti milik Henry Ford mulai memproduksi kendaraan secara masal dan mendistribusikannya melalui sistem penjualan yang menyerupai model franchise.

Begitu pula perusahaan minyak yang mulai mendirikan stasiun pengisian bahan bakar menggunakan pendekatan serupa. Tak hanya berhenti di situ, sistem ini juga mulai diadopsi oleh sektor kuliner, salah satunya oleh restoran cepat saji seperti McDonald’s.

Di Indonesia, konsep ini dikenal sebagai waralaba, yang secara etimologis berarti “usaha dengan keuntungan lebih”. 

Gagasan ini pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM), yang memperkenalkan sistem waralaba kepada masyarakat. Pertamina menjadi pelopor dalam menjalankan sistem ini melalui pendirian SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) dengan skema penjualan yang menyerupai kerja sama lisensi.

Perusahaan lokal seperti Jamu Nyonya Meneer juga menerapkan metode ini dengan memberikan hak penjualan kepada pelaku usaha di sektor obat tradisional.

Lambat laun, sistem ini berkembang pesat dan dianggap mampu memberikan peluang bisnis yang menjanjikan. 

Beberapa perusahaan multinasional seperti KFC, Coca Cola, dan Dunkin’ Donuts mulai masuk ke Indonesia dan memberikan lisensi dagang kepada mitra lokal. Fenomena ini membuat sistem tersebut menyebar dari kota-kota besar hingga ke daerah-daerah.

Meskipun memberikan banyak keuntungan bagi pertumbuhan bisnis, model kerja sama ini juga menimbulkan tantangan tersendiri bagi pelaku usaha dalam negeri karena persaingan yang semakin ketat. 

Oleh sebab itu, pemerintah mulai mendukung pengembangan sistem ini sebagai bagian dari upaya menciptakan hubungan kemitraan usaha yang sehat melalui pemberian lisensi dagang.

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) sempat memberikan rekomendasi kepada pemerintah Indonesia pada tahun 1990-an untuk menerapkan sistem ini sebagai upaya menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan kompetensi tenaga kerja di sektor bisnis. 

Menindaklanjuti saran tersebut, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia mendirikan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) pada 22 November 1991 dengan dukungan ILO.

Di sektor kuliner, didirikan pula Asosiasi Restoran Waralaba Indonesia (ARWI) pada tahun 1995, yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia berkualitas. 

ARWI menjalankan program-program pengembangan dalam aspek teknologi makanan, pengemasan, peralatan masak, layanan pelanggan, hingga kesehatan dan gizi. Kini, sistem usaha ini telah menjadi bagian penting dalam lanskap bisnis nasional. 

Dengan membayarkan royalti atas penggunaan merek, logo, atau jasa dalam perjanjian yang telah disepakati, para pelaku usaha dapat menjalankan bisnis mereka berdasarkan sistem yang telah terbukti sukses. 

Apa Itu Franchise dan Franchisor?

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007, konsep waralaba atau franchise dalam bahasa Indonesia merujuk pada hak istimewa yang dimiliki oleh individu maupun badan usaha untuk menjalankan suatu model bisnis yang memiliki karakteristik khusus, dalam rangka menjual produk atau layanan yang telah terbukti berhasil di pasar dan dapat digunakan oleh pihak lain melalui perjanjian kerja sama waralaba.

Dalam struktur kerja sama ini terdapat dua peran utama, yaitu pemilik lisensi dan mitra usaha yang akan menjalankan usaha berdasarkan sistem tersebut.

Pihak pertama yang disebut sebagai pewaralaba adalah individu atau perusahaan yang memiliki kendali atas merek dagang serta sistem operasional usaha, kemudian menawarkan hak penggunaan tersebut kepada pihak lain dengan tujuan memperoleh pendapatan dari royalti.

Pihak kedua yang disebut sebagai terwaralaba adalah individu atau perusahaan yang membeli hak untuk mengoperasikan usaha menggunakan merek dan sistem yang telah dimiliki pihak pertama, dengan tujuan memperoleh pendapatan dari kegiatan usahanya.

Adapun biaya awal yang harus dibayarkan oleh mitra usaha sebelum mulai menjalankan kegiatan operasional dikenal sebagai biaya waralaba. 

Biaya ini merupakan jumlah yang disepakati bersama sebagai kompensasi atas penggunaan merek dan sistem usaha yang dimiliki oleh pemilik lisensi. Pembayaran ini menjadi langkah awal sebelum unit usaha resmi dibuka dan dijalankan.

Keuntungan Bisnis Franchise

Setelah memahami berbagai istilah penting dalam sistem usaha ini, pertanyaannya adalah: apa saja manfaat yang bisa diperoleh dari menjalankan model usaha ini?

Bagi pihak yang memiliki hak usaha, salah satu keuntungan utama adalah terbukanya peluang untuk berbagi hasil dengan mitra usaha, sekaligus menekan potensi kerugian. 

Selain itu, pemilik usaha juga bisa memperluas jangkauan bisnis tanpa perlu mengandalkan modal pribadi, karena pengembangan dilakukan dengan dana dari mitra yang bergabung. 

Sumber pemasukan lain seperti pembayaran royalti dan biaya kemitraan menjadi pendapatan tambahan yang terus mengalir.

Manfaat lainnya yang dirasakan oleh pemilik usaha adalah penggunaan jaringan mitra untuk memperluas area usaha secara efisien, baik dari segi biaya, waktu, maupun tenaga. 

Strategi seperti ini juga dapat mempercepat proses penetrasi pasar, meningkatkan volume penjualan dan perputaran keuntungan. 

Selain itu, model kemitraan ini mempermudah pemilik usaha dalam melakukan pengawasan terhadap operasional cabang dan memperkuat posisi mereka saat mengajukan pembiayaan atau investasi dari lembaga keuangan.

Sementara itu, dari sisi mitra usaha, keuntungan utamanya adalah menurunnya kemungkinan mengalami kerugian. 

Hal ini karena pemilik usaha biasanya akan membantu menyelesaikan berbagai persoalan yang mungkin muncul dalam pengelolaan usaha. 

Selain itu, pihak mitra tidak perlu menghabiskan waktu lama untuk membangun bisnis dari nol karena mereka dapat segera memulai dengan sistem yang sudah tersedia.

Pihak mitra usaha juga mendapatkan manfaat dari nama besar merek yang telah dikenal luas oleh masyarakat, sehingga promosi dan pemasaran menjadi lebih mudah. 

Selain itu, mereka akan memperoleh keterampilan praktis, pengalaman langsung dalam operasional, serta pemahaman mengenai proses kerja dalam sistem usaha tersebut. 

Tak perlu repot merancang sistem layanan, pengelolaan pelanggan, maupun strategi pengembangan produk, karena semuanya sudah disiapkan. 

Bahkan, untuk urusan pembiayaan dari perbankan pun, mitra usaha mendapat kemudahan karena bantuan dari pemilik merek telah mendukung proses akses dana tersebut.

Karakteristik Franchise

Setelah mengetahui bagaimana konsep ini berkembang dari masa ke masa, langkah selanjutnya adalah memahami ciri-ciri utama dari model usaha tersebut. 

Dalam sistem ini, terdapat sebuah kontrak resmi yang dibuat secara tertulis sebagai bentuk kesepakatan antara pihak pemilik usaha dan pihak mitra usaha. 

Pemilik usaha berkewajiban memberikan pelatihan menyeluruh kepada mitra mengenai seluruh proses dan aspek dalam pengelolaan bisnis.

Mitra usaha yang menjalankan kegiatan bisnis di bawah pengawasan pemilik lisensi diperbolehkan untuk menggunakan seluruh sistem operasional, identitas merek, serta reputasi baik yang telah dibangun oleh pemilik merek. 

Meski demikian, mitra memiliki hak penuh untuk menjalankan operasional usahanya sendiri, dengan kewajiban membayar imbalan berkala kepada pemilik lisensi sebagai bentuk kompensasi atas hak penggunaan sistem dan merek tersebut.

Di samping itu, mitra juga memiliki hak eksklusif dalam menentukan area pemasaran atau wilayah operasional, sehingga mereka menjadi satu-satunya pihak yang menjalankan bisnis tersebut di wilayah yang telah disepakati. 

Seluruh modal usaha biasanya berasal dari dana pribadi mitra, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk memanfaatkan sumber pendanaan lain, seperti pinjaman dari lembaga keuangan atau bank.

Jenis-jenis Franchise

Menurut East Asian Executive Report (1993), model usaha berlisensi ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori utama. Berikut rincian dari ketiga bentuk tersebut:

Franchise Produk

Jenis ini menitikberatkan pada kegiatan mitra usaha dalam mendistribusikan barang-barang milik pemilik lisensi. Biasanya, pemilik merek memberikan batasan wilayah pemasaran bagi mitranya. 

Contoh nyata dari tipe ini adalah perusahaan penyalur bahan bakar seperti Shell atau British Petroleum yang menetapkan area tertentu bagi distributornya.

Franchise Proses atau Produksi

Pada bentuk ini, pemilik lisensi memiliki pengetahuan teknis atau metode khusus dalam proses pembuatan produk dan memberikannya kepada mitra. 

Jadi, mitra tidak hanya menjual, tetapi juga memproduksi barang berdasarkan arahan teknis yang telah disediakan. Perusahaan seperti Coca Cola atau Fanta termasuk dalam kategori ini, di mana mereka membagikan proses produksi kepada mitra lokal.

Franchise Sistem atau Format Bisnis

Kategori ini mencakup sistem operasional yang menyeluruh, di mana pemilik merek tidak hanya menyediakan produk, tetapi juga menawarkan paket lengkap termasuk cara pelayanan, pengelolaan, hingga strategi pemasaran. 

Mitra bisnis tinggal mengikuti format yang telah dibakukan. Contoh dari tipe ini dapat dilihat pada jaringan makanan cepat saji seperti McDonald's, KFC, atau Dunkin' Donuts.

Kesalahan Franchise yang Perlu Diketahui

Menjalankan usaha dengan model kemitraan lisensi memang terlihat praktis dan banyak dilirik sebagai pilihan berbisnis. Namun, seperti halnya usaha lainnya, tetap ada tantangan dan potensi kerugian yang harus diantisipasi. 

Oleh karena itu, penting bagi pemula untuk memahami kesalahan-kesalahan umum dalam menjalankan usaha berbasis lisensi agar tidak terjebak dalam kerugian. Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

Minimnya Cadangan Dana Operasional

Usaha semacam ini sering kali tidak dilengkapi dengan sokongan dana yang kuat. Biasanya, dana usaha berasal dari pemilik lisensi dan sebagian dari investor. 

Salah satu kesalahan yang kerap terjadi adalah tidak memiliki dana cadangan khusus yang siap digunakan saat diperlukan.

Sistem yang Tidak Sederhana

Sebuah usaha yang ingin berkembang seharusnya didukung dengan struktur yang jelas. 

Sayangnya, ada beberapa penyedia lisensi yang menawarkan model usaha dengan sistem dan konsep yang belum teruji, sehingga justru menyulitkan pengelolaan dan implementasi di lapangan.

Tergesa-gesa dalam Membuka Cabang

Keputusan untuk menambah lokasi usaha sebaiknya tidak dilakukan secara terburu-buru. 

Meski banyaknya cabang sering dianggap sebagai indikator keberhasilan, membuka unit baru membutuhkan kesiapan dari segi dana dan sumber daya. Jika belum siap secara menyeluruh, sebaiknya rencana ini ditunda.

Melakukan Pinjaman Tanpa Perhitungan Matang

Meminjam dana untuk modal usaha tanpa melakukan kalkulasi terlebih dahulu dapat menimbulkan risiko besar. 

Walaupun bisnis berlisensi tampak lebih praktis dibandingkan merintis usaha dari nol, tetap diperlukan perencanaan keuangan yang cermat agar tidak terjebak dalam utang atau kerugian.

Tidak Memiliki Standar Prosedur Operasional (SOP)

Tanpa adanya pedoman kerja yang jelas, usaha akan lebih rentan terhadap kesalahan, terutama jika memiliki banyak cabang. Ketidakhadiran SOP tidak hanya merugikan satu unit, tetapi dapat merusak citra dan kualitas operasional di seluruh jaringan usaha.

Tips Membuka Bisnis Franchise

Setelah memahami berbagai kesalahan yang sering muncul dalam menjalankan usaha berbasis lisensi, penting juga untuk mengetahui sejumlah kiat agar bisnis semacam ini bisa berjalan sukses. 

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memulainya:

Memiliki Keunikan Produk atau Layanan

Langkah awal yang wajib dipertimbangkan ketika ingin menjalankan bisnis berlisensi adalah menawarkan produk atau layanan dengan keunikan tertentu. Kamu juga bisa menambahkan nilai tambah seperti fasilitas pendukung di gerai yang kamu kelola. 

Perbedaan ini akan menciptakan daya tarik tersendiri dan membedakan bisnis milikmu dari bisnis serupa di pasaran. Hadirkan sesuatu yang inovatif agar dapat bersaing dan menjangkau konsumen lebih luas.

Standar Prosedur Operasional yang Jelas

Selain keunikan, penting untuk memiliki panduan kerja yang sistematis dan mudah diterapkan. 

Pedoman ini akan menjadi acuan bagi seluruh tim dalam menjalankan tugas masing-masing, sekaligus menjaga kualitas layanan dan produk tetap konsisten. Buatlah prosedur yang tidak rumit agar operasional harian bisa dilakukan dengan efisien.

Pencatatan Keuangan yang Tertata

Setiap bentuk usaha, termasuk yang berbasis kemitraan, memerlukan sistem pelaporan keuangan yang rapi. Sebagai pemilik bisnis, kamu bisa menyusun pembukuan secara digital maupun manual. 

Meski usaha yang dijalankan masih dalam skala kecil, mencatat seluruh pemasukan dan pengeluaran tetap harus dilakukan. 

Dengan demikian, kamu bisa memantau pertumbuhan bisnis, mengetahui tren keuntungan, serta mengenali produk mana yang memberi nilai lebih dan mana yang belum optimal.

Menjaga Konsistensi Antar Mitra Usaha

Pemilik lisensi biasanya menyediakan pelatihan rutin kepada para mitra yang menjalankan cabang. Meskipun gerai dikelola oleh pihak yang berbeda, konsumen tetap menilai dari merek yang mereka kenal. 

Oleh sebab itu, penting untuk memastikan bahwa kualitas produk, layanan, bahan baku, perlengkapan dapur, hingga tampilan karyawan tetap seragam dan konsisten di semua cabang usaha.

Sebagai penutup, pengertian franchise bukan hanya soal lisensi dagang, tapi juga strategi berkembang bersama yang membuka peluang usaha bagi banyak pelaku bisnis.

Terkini