JAKARTA - Mata juling, atau yang secara medis dikenal sebagai strabismus, telah menjadi fokus perhatian baru dalam dunia kesehatan. Dr. Ng Wei Loon, Konsultan Dokter Mata Anak di Rumah Sakit Gleneagles, Penang, Malaysia, mengungkapkan bahwa kondisi ini tidak hanya memengaruhi penampilan fisik tetapi juga dapat mengakibatkan dampak serius pada kondisi psikologis individu, terutama pada anak-anak.
Strabismus terjadi ketika kedua mata tidak sejajar satu sama lain. Ini mengakibatkan ketidakmampuan mata untuk fokus pada satu titik yang sama secara bersamaan, sehingga dapat mengganggu kemampuan melihat tiga dimensi. Kondisi ini sering kali menjadi penyebab hilangnya kepercayaan diri, terutama pada anak-anak yang kerap kali mengalami perundungan atau merasa berbeda dari teman-teman sebayanya.
Dr. Ng Wei Loon menjelaskan, “Mata juling bukan hanya masalah penampilan. Ini adalah masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Anak-anak dengan mata juling sering merasa minder dan sulit berinteraksi dengan teman sebaya.”
Hal ini diperkuat oleh berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak dengan gangguan penglihatan seperti mata juling, sering kali menunjukkan gejala gangguan kecemasan dan rendah diri. Secara fisiologis, mata juling bisa menandakan adanya gangguan penglihatan yang lebih serius, yang jika tidak ditangani dapat memperburuk kondisi penglihatan seseorang.
Berdasarkan penjelasan Dr. Ng Wei Loon, ada beberapa tipe mata juling, yaitu mata yang mengarah ke dalam (esotropia), ke luar (eksotropia), ke atas (hipertropia), dan ke bawah (hipotropia). Untuk mendeteksi masalah ini, Dr. Ng merekomendasikan pemeriksaan sederhana dengan senter. “Sinarkan senter pada mata, jika cahaya tidak berada di tengah-tengah pupil, maka ini bisa menjadi tanda awal adanya strabismus,” ujarnya.
Namun, pemeriksaan sederhana ini tidak selalu akurat. Posisi cahaya dari senter bisa dipengaruhi oleh kelopak mata, sehingga untuk diagnosis yang lebih tepat, kunjungan ke dokter mata sangat dianjurkan. "Pemeriksaan profesional dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai derajat dan jenis strabismus yang dialami, sehingga pengobatan yang tepat dapat dimulai," tambah Dr. Ng.
Lantas, bagaimana langkah perawatan untuk kondisi ini? Ada beberapa metode yang biasanya diterapkan, mulai dari penggunaan kacamata khusus, terapi penglihatan, hingga operasi. Dr. Ng menerangkan, “Setiap pasien dapat memerlukan perawatan yang berbeda sesuai dengan tingkat keparahan dan tipe strabismusnya. Dalam beberapa kasus, pembedahan mungkin diperlukan untuk memperbaiki posisi otot yang mengendalikan mata.”
Konsultasi rutin dengan dokter mata sejak dini dapat membantu mengidentifikasi dan mengoreksi masalah ini sebelum berkembang lebih lanjut. Intervensi dini seringkali membawa hasil yang lebih baik dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.
Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, strabismus, jika tidak ditangani dengan tepat, dapat mempengaruhi kemampuan akademis dan sosial seorang anak. Banyak anak dengan kondisi ini mengalami kesulitan membaca atau mengikuti pelajaran di sekolah, akibat dari masalah penglihatan yang mereka alami.
Dr. Ng Wei Loon menyarankan para orangtua untuk waspada terhadap tanda-tanda awal mata juling pada anak-anak mereka. "Deteksi dini dan perawatan yang tepat dapat mencegah banyak komplikasi di kemudian hari," tutupnya.
Kesadaran masyarakat dan edukasi mengenai kesehatan mata, terutama terkait kondisi strabismus, sangatlah penting. Dengan meningkatnya kesadaran dan kemauan untuk berkonsultasi kepada ahli, dampak negatif dari strabismus baik dari segi psikologis maupun fisik dapat diminimalkan. Ini bukan hanya soal memperbaiki penampilan, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup individu yang terkena dampak.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai mata juling dan pengobatannya, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mata terdekat. Kesehatan mata adalah investasi berharga yang harus dijaga sejak dini.