JAKARTA – Pendidikan karakter dan sikap kritis sejak dini dinilai menjadi fondasi penting dalam upaya pencegahan korupsi di kalangan generasi muda. SMA Negeri 2 Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, mengambil langkah nyata dalam membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas dan tanggung jawab sosial yang tinggi.
Kepala SMA Negeri 2 Tasifeto Timur, Baltasar Eustachius Mali Tae, menegaskan bahwa penanaman nilai antikorupsi di sekolahnya dimulai dari pengajaran keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Agama.
“Dalam pelajaran agama Katolik, ada materi khusus tentang bersikap kritis,” ujar Baltasar kepada wartawan. Ia menjelaskan bahwa pembelajaran tersebut diarahkan agar siswa mampu memahami realitas sosial dan merespon isu-isu aktual dengan cara yang logis dan bermoral.
Baltasar mengungkapkan bahwa pendekatan kritis ini tidak hanya diberikan dalam bentuk teori, namun juga lewat praktik sehari-hari di lingkungan sekolah. Guru diminta menjadi contoh nyata dalam perilaku antikorupsi, mulai dari disiplin waktu, kejujuran akademik, hingga tanggung jawab terhadap fasilitas sekolah.
“Korupsi tidak hanya soal besar, tapi juga kebiasaan kecil yang menyimpang,” tegas Baltasar. Ia menekankan bahwa perilaku seperti menyontek saat ujian atau mengambil barang milik orang lain harus dikenali sebagai bentuk awal dari praktik korupsi yang bisa berkembang lebih besar jika dibiarkan.
Pendidikan Moral Melalui Agama
Sebagai sekolah yang mayoritas siswanya beragama Katolik, pihak sekolah memberikan perhatian khusus terhadap penguatan pendidikan moral berbasis agama. Guru agama diminta untuk tidak hanya mengajarkan doktrin, tetapi juga membimbing siswa membangun kesadaran moral dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami mengajak siswa untuk menjadi pribadi yang tidak hanya pintar, tetapi juga bermoral tinggi,” jelas Baltasar. Menurutnya, pendidikan moral yang baik akan menjadi benteng pertama dalam melawan segala bentuk penyimpangan, termasuk korupsi.
Ia menambahkan bahwa pembelajaran tentang antikorupsi juga dikaitkan dengan praktik kehidupan sehari-hari yang sederhana, seperti tidak membuang sampah sembarangan, mengembalikan barang yang dipinjam, hingga menghargai hak milik orang lain.
Strategi Penguatan Karakter
Dalam menghadapi tantangan sosial yang semakin kompleks, SMA Negeri 2 Tasifeto Timur menyusun strategi penguatan karakter siswa melalui berbagai program. Salah satunya adalah kegiatan diskusi sosial, refleksi nilai, dan pembiasaan perilaku positif di lingkungan sekolah.
“Anak-anak kita perlu dibiasakan untuk menyuarakan pendapatnya secara kritis tapi santun. Ini adalah cara kami untuk menyiapkan mereka menjadi warga negara yang aktif, peduli, dan bertanggung jawab,” ungkap Baltasar.
Program penguatan karakter ini juga bersinergi dengan kegiatan ekstra kurikuler seperti OSIS, kelompok diskusi agama, dan kegiatan sosial masyarakat yang melatih empati dan solidaritas siswa.
Pentingnya Pendidikan Antikorupsi di Sekolah
Pendidikan antikorupsi di lingkungan sekolah semakin mendapat perhatian dari berbagai pihak, mengingat maraknya kasus korupsi yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat, termasuk generasi muda. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pun mendorong implementasi nilai-nilai antikorupsi melalui kurikulum Merdeka Belajar.
Baltasar mendukung penuh upaya tersebut dan berharap sekolah-sekolah lain juga dapat menerapkan pendekatan serupa, menanamkan nilai-nilai antikorupsi sejak dini.
“Pendidikan kritis dan pembiasaan nilai antikorupsi harus dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu rumah dan sekolah. Kita tidak bisa berharap ada perubahan besar tanpa memulai dari hal-hal kecil,” tutupnya.
Langkah SMA Negeri 2 Tasifeto Timur dalam membangun budaya antikorupsi sejak dini melalui pendidikan kritis dan moral menjadi contoh positif bagi institusi pendidikan lainnya. Dengan menanamkan integritas, tanggung jawab, dan keberanian berpikir kritis kepada siswa, sekolah ini berupaya mencetak generasi yang tangguh menghadapi tantangan korupsi di masa depan.