Lupakan Gadget dengan Permainan Tradisional Lewat Program Wisata Permainan Leluhur

Senin, 16 Juni 2025 | 11:31:07 WIB
Lupakan Gadget dengan Permainan Tradisional Lewat Program Wisata Permainan Leluhur

JAKARTA - Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), kembali memperlihatkan kesuksesan program unik dan edukatif yang digalakkan oleh pemerintah desa setempat, yakni Wisata Permainan Leluhur (Witapermainur). Program ini berhasil mengalihkan perhatian anak-anak dari ketergantungan pada gadget dan menghidupkan kembali semangat bermain permainan tradisional yang penuh nilai budaya dan sosial.

Pada Minggu, 15 Juni 2025, suasana riang dan ceria terlihat jelas di Desa Muaramais, Kecamatan Tambangan. Anak-anak desa tampak sangat antusias mengisi hari libur mereka dengan beragam permainan tradisional yang sudah mulai langka di era digital ini. Dari petak umpet yang memicu kecepatan dan strategi, hingga congklak yang melatih ketangkasan dan perhitungan matematika sederhana, berbagai permainan leluhur ini dimainkan dengan penuh semangat.

Wisata Permainan Leluhur: Memutar Balik Arus Gadgetisasi

Program Wisata Permainan Leluhur yang digagas pemerintah desa Tambangan ini tidak hanya menjadi sarana hiburan semata, melainkan juga bertujuan memperkuat identitas budaya lokal dan mengajarkan nilai-nilai sosial kepada generasi muda. Dengan inisiatif ini, anak-anak diajak untuk kembali menikmati permainan tradisional yang selama ini mungkin terlupakan, menggantikan waktu yang biasa mereka habiskan di depan layar gadget.

“Saya sangat senang melihat anak-anak desa bisa berkumpul dan bermain bersama, meninggalkan gadget mereka. Ini tanda program Wisata Permainan Leluhur berjalan sukses dan anak-anak makin mengenal permainan tradisional,” ujar Kepala Desa Muaramais, Bapak Hasanuddin, saat ditemui di lokasi permainan.

Beragam Permainan Tradisional yang Membawa Keceriaan

Di tengah suasana lapangan kilang padi dan halaman kantor desa yang menjadi pusat aktivitas ini, berbagai permainan tradisional dimainkan secara bergantian. Petak umpet yang menguji kecepatan dan strategi anak-anak menjadi favorit utama, disusul oleh engrang yang mengandalkan keseimbangan dan kerjasama. Tak kalah seru adalah permainan tali atau “maryeye”, yang membuat anak-anak berlari dan melompat dengan penuh tawa dan keriangan.

Selain itu, permainan congklak yang menggunakan papan kayu dengan lubang-lubang kecil dan biji-bijian, juga menarik perhatian. “Permainan congklak ini bagus untuk mengasah fokus dan menghitung dengan cepat, jadi saya suka sekali bermain congklak,” kata seorang anak bernama Sari, berusia 10 tahun.

Tidak ketinggalan, terompah gajah yang membutuhkan kekompakan tim dalam berkoordinasi juga menjadi wahana permainan yang menumbuhkan kerja sama dan kekompakan antar pemain. Anak-anak terlihat sangat menikmati waktu bermain sambil belajar nilai-nilai kebersamaan dan sportifitas.

Program Wisata Permainan Leluhur sebagai Media Pendidikan dan Sosialisasi

Menurut Kepala Desa Hasanuddin, program ini bukan hanya sekadar hiburan. Ia menegaskan bahwa melalui permainan tradisional, anak-anak dapat belajar banyak hal, termasuk nilai kebersamaan, sportifitas, serta menguatkan ikatan sosial dalam komunitas desa.

“Permainan tradisional adalah warisan budaya yang harus dilestarikan. Melalui Wisata Permainan Leluhur, kami ingin anak-anak tidak hanya bermain tapi juga belajar nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam setiap permainan,” tambah Hasanuddin.

Pemerintah desa juga menggandeng para tokoh masyarakat dan pendidik setempat untuk aktif mengawasi dan memfasilitasi kegiatan ini, sehingga program ini dapat berjalan lancar dan berkelanjutan.

Respon Positif dari Masyarakat dan Dampak pada Kehidupan Anak-anak

Program ini mendapat sambutan hangat dari warga desa. Orang tua merasa lega karena anak-anak mereka dapat menikmati liburan dengan kegiatan yang positif dan membangun, jauh dari dampak negatif penggunaan gadget berlebihan yang sering mengganggu perkembangan sosial dan psikologis anak.

“Dulu anak-anak sering asyik dengan ponsel atau tablet, sekarang mereka lebih suka berkumpul dan bermain di luar bersama teman-teman,” ungkap seorang ibu, Ibu Sari, yang tinggal di Desa Muaramais.

Selain itu, sekolah-sekolah di Kecamatan Tambangan juga mulai mengintegrasikan program permainan tradisional sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler untuk mendukung penguatan karakter dan budaya lokal.

Harapan untuk Masa Depan dan Pengembangan Program

Melihat antusiasme yang tinggi, Kepala Desa Hasanuddin berharap program Wisata Permainan Leluhur ini dapat terus berkembang dan dijadikan contoh bagi desa-desa lain di Kabupaten Mandailing Natal bahkan di tingkat provinsi. Ia berencana untuk menambah variasi permainan dan memperluas lokasi wisata permainan agar lebih banyak anak-anak yang dapat merasakan manfaatnya.

“Kami ingin melibatkan lebih banyak anak-anak dan bahkan orang dewasa agar budaya permainan tradisional ini tidak punah, tapi tetap hidup dan menjadi bagian dari keseharian masyarakat,” pungkas Hasanuddin.

Program Wisata Permainan Leluhur di Desa Muaramais, Kecamatan Tambangan, Kabupaten Mandailing Natal, telah membuktikan efektivitasnya dalam mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget ke permainan tradisional yang sarat makna. Selain menghibur, kegiatan ini juga berperan sebagai media pendidikan karakter, penguatan budaya lokal, dan pemersatu komunitas. Dengan dukungan penuh dari pemerintah desa, masyarakat, dan pendidik, program ini berpotensi menjadi gerakan besar pelestarian budaya yang berkelanjutan di era digital saat ini. Anak-anak tidak hanya bermain, tapi juga belajar nilai sosial dan budaya yang akan menjadi modal penting mereka dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Terkini

Emas Antam Tembus Rp 2 Juta, Saatnya Investasi?

Senin, 08 September 2025 | 15:48:00 WIB

iPhone 17 Tetap Diburu Meski Daya Beli Turun

Senin, 08 September 2025 | 15:47:58 WIB

Bocoran Lengkap iPhone 17 Series Terungkap

Senin, 08 September 2025 | 15:47:56 WIB

Samsung Galaxy S25 FE: AI, Kamera, dan Desain Premium

Senin, 08 September 2025 | 15:47:55 WIB