JAKARTA – Pembangunan proyek Tol Lingkar Pekanbaru terus dikebut oleh PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) meskipun menghadapi sejumlah tantangan signifikan, terutama terkait pembebasan lahan dan kondisi medan yang kompleks. Proyek yang memiliki peranan penting untuk mengurai kemacetan dan memperlancar konektivitas wilayah ini menargetkan rampung pada Maret 2026.
Menurut Redy Trispada Putra, Site Engineering Manager Tol Lingkar Pekanbaru, progres konstruksi sangat bergantung pada proses pembebasan lahan yang saat ini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan pihak terkait. “Semakin cepat lahan bebas, semakin cepat kami bisa bekerja. Saat ini, lahan yang dilintasi tol terdiri dari kawasan hutan, tanah milik masyarakat, dan lahan milik perusahaan,” ujarnya pada Senin, 23 Juni 2025.
Tantangan Pembebasan Lahan dan Zona Kritis Proyek
Salah satu titik krusial dalam proyek ini adalah Zona II yang berada di wilayah Karya Indah, di mana trase tol mayoritas melewati kawasan hutan. Redy menegaskan bahwa lambatnya proses pembebasan di wilayah ini dapat menghambat keseluruhan progres pembangunan.
“Zona II khususnya di Karya Indah merupakan tantangan tersendiri. Jika pembebasan lahan tidak berjalan cepat, otomatis konstruksi akan terhambat dan berdampak pada target penyelesaian,” kata Redy.
Selain pembebasan lahan, proses pembangunan juga harus menyesuaikan dengan kondisi geografis yang rumit. Tol Lingkar Pekanbaru harus melintasi sejumlah sungai, bukit, dan lembah, terutama di kawasan Muara Fajar dan Sungai Siak.
Kondisi Geografis dan Penanganan Longsor
Medan yang sulit ini sempat memicu insiden longsor di beberapa titik selama proses konstruksi. Namun, Redy menganggap hal tersebut sebagai tantangan teknis yang harus segera diantisipasi agar jalur tol dapat berfungsi optimal saat operasional nanti.
“Kami menghadapi longsor di beberapa titik. Namun, ini memberi kami kesempatan untuk melakukan penanganan teknis secara cepat dan tepat sebelum tol beroperasi. Jadi, kami tetap optimis progres bisa berjalan lancar,” ujarnya.
Pembangunan Jembatan Sungai Siak, Tantangan Teknik Utama
Salah satu pekerjaan paling menantang dalam proyek ini adalah pembangunan jembatan Sungai Siak. Jembatan beton sepanjang 200 meter dengan bentang utama 97,5 meter tersebut membutuhkan ketelitian dan waktu pengerjaan yang lebih lama dibanding jembatan-jembatan sebelumnya.
“Pembangunan jembatan di atas Sungai Siak ini butuh perhatian khusus. Bentang jembatan lebih besar dan memerlukan teknik pengerjaan yang cermat. Namun, ini menjadi pengalaman berharga bagi kami dalam mengerjakan proyek skala besar,” jelas Redy.
Target Progres dan Manfaat Tol Lingkar Pekanbaru
Hingga saat ini, pembangunan Tol Lingkar Pekanbaru telah mencapai progres fisik sebesar 53 persen dan ditargetkan selesai pada Maret 2026. Dengan penyelesaian tepat waktu, tol ini diharapkan dapat segera dinikmati masyarakat di Provinsi Riau, terutama dalam mempercepat mobilitas, mengurangi kemacetan di pusat kota Pekanbaru, dan membuka akses ekonomi ke wilayah sekitar.
“Kami berharap proyek ini dapat selesai sesuai jadwal dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat Riau. Tol ini akan mengurai kemacetan, mempercepat arus barang dan orang, serta membuka peluang ekonomi di daerah sekitar,” tutur Redy.
Fasilitas dan Spesifikasi Tol Lingkar Pekanbaru
Anditya Surya Arif Dinata, Site Cost Commercial Manager PT Hutama Karya Infrastruktur, menjelaskan bahwa Tol Lingkar Pekanbaru merupakan bagian dari jaringan Jalan Tol Pekanbaru–Rengat yang terintegrasi dengan Tol Pekanbaru–Dumai dan Tol Pekanbaru–Bangkinang–XIII Koto Kampar.
Tol sepanjang 30,57 kilometer ini memiliki dua lajur dengan lebar 3,6 meter per jalur. Dirancang untuk kecepatan maksimal 100 km/jam, tol ini dilengkapi fasilitas penunjang berupa rest area Tipe A dan tiga pintu akses keluar-masuk yang berada di Rimbo Panjang, Jalan Siak, dan Muara Fajar.
Jalur Strategis dan Pengaruh pada Ekonomi Lokal
Tol Lingkar Pekanbaru akan melintasi wilayah strategis di Kota Pekanbaru seperti Muara Fajar, Rumbai Bukit, Agrowisata, Palas, dan Sri Meranti, serta wilayah Kabupaten Kampar meliputi Rimbo Panjang, Tarai Bangun, Kualu, dan Karya Indah.
“Tol ini diharapkan mempercepat konektivitas antarwilayah serta mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya di sektor logistik, industri, dan agrowisata. Kami percaya infrastruktur ini akan menjadi tulang punggung pengembangan wilayah Riau,” kata Anditya.
Sinergi Pemerintah dan Pelaksana Proyek Kunci Keberhasilan
Proses pembebasan lahan yang menjadi tanggung jawab pemerintah menjadi faktor penentu percepatan konstruksi. Kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pelaksana proyek sangat dibutuhkan agar target penyelesaian Maret 2026 dapat tercapai.
“Pembebasan lahan merupakan kendala utama, namun kami optimis dengan dukungan penuh pemerintah dan stakeholder lain, proses ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kunci keberhasilan proyek adalah sinergi semua pihak,” pungkas Redy.
Proyek Tol Lingkar Pekanbaru menjadi salah satu infrastruktur strategis yang tengah dikebut pembangunannya. Meskipun menghadapi tantangan dari sisi pembebasan lahan dan medan yang rumit, PT Hutama Karya Infrastruktur optimis dapat menyelesaikan pembangunan sesuai target Maret 2026. Tol sepanjang 30,57 km ini akan memberikan dampak positif signifikan bagi mobilitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Riau.
Masyarakat dan pihak terkait diharapkan terus mendukung percepatan proyek agar manfaat Tol Lingkar Pekanbaru dapat segera dirasakan.