JAKARTA - Keputusan Inter Milan di penghujung bursa transfer musim panas 2025 memunculkan tanda tanya besar di kalangan penggemar. Alih-alih melepas Yann Bisseck yang sempat ramai diberitakan masuk daftar jual, Nerazzurri justru memilih mengorbankan Benjamin Pavard. Bek asal Prancis itu resmi bergabung dengan Olympique Marseille melalui skema pinjaman disertai opsi pembelian permanen.
Langkah ini jelas menimbulkan spekulasi. Banyak yang mempertanyakan alasan manajemen klub melepas sosok berpengalaman seperti Pavard, sementara Bisseck yang masih hijau dalam kompetisi Eropa tetap dipertahankan. Namun, jika ditelaah lebih jauh, keputusan tersebut bukan sekadar kebetulan. Ada kombinasi faktor finansial, visi jangka panjang, hingga kebutuhan taktis yang mendasarinya.
Penutupan Bursa Transfer yang Sibuk
Inter Milan menutup aktivitas transfer dengan dua kabar besar sekaligus. Dari satu sisi, klub berhasil mengamankan jasa Manuel Akanji dari Manchester City. Bek asal Swiss itu datang dengan status pinjaman senilai 1 juta euro, disertai opsi yang bisa berubah menjadi kewajiban permanen seharga 15 juta euro.
Namun, kegembiraan fans tidak berlangsung lama. Pada hari yang sama, Inter juga mengumumkan kepergian Benjamin Pavard. Olympique Marseille menyetujui formula transfer serupa, yakni pinjaman dengan opsi pembelian permanen senilai 15 juta euro.
Sementara itu, nama Yann Bisseck yang sebelumnya dikabarkan diminati Crystal Palace, ternyata tetap bertahan. Klub Inggris tersebut bahkan sudah melayangkan tawaran 32 juta euro, tetapi Inter menolaknya. Manajemen Nerazzurri diyakini baru akan melepas sang bek muda jika ada penawaran mencapai 40 juta euro.
Visi Klub: Regenerasi dan Investasi Jangka Panjang
Di balik keputusan tersebut, arah kebijakan baru Inter Milan terlihat cukup jelas. Setelah kepemilikan klub beralih ke Oaktree, manajemen lebih menekankan pembangunan tim berbasis pemain muda. Rekrutmen seperti Luis Henrique, Petar Sucic, Ange-Yoan Bonny, hingga Andy Diouf jadi bukti nyata.
Dalam konteks ini, Bisseck dianggap aset penting. Dengan usia 24 tahun, ia masih memiliki ruang berkembang yang luas. Potensi peningkatan nilai jual di masa depan juga jadi pertimbangan utama. Pavard, yang kini berusia 29 tahun, dinilai sudah melewati masa emas dan nilai pasarnya berisiko menurun drastis.
Secara bisnis, mempertahankan Bisseck jauh lebih masuk akal. Klub tidak ingin melepas aset berharga yang bisa mendatangkan keuntungan besar di kemudian hari. Pavard pun akhirnya dipilih sebagai nama yang lebih rasional untuk dilepas, meskipun kualitas dan pengalamannya tidak diragukan.
Pertimbangan Taktis di Lini Belakang
Selain faktor ekonomi, alasan teknis juga ikut menentukan. Pavard selama ini tampil solid, namun posisinya lebih banyak terkunci di sisi kanan dari formasi tiga bek andalan Cristian Chivu. Peran itu sebenarnya bisa diisi oleh pemain lain, sehingga Inter memiliki fleksibilitas untuk mencari alternatif.
Sebaliknya, Bisseck menawarkan keunggulan berbeda. Ia mampu bermain di lebih dari satu posisi di lini belakang, baik di sisi kanan maupun kiri. Fleksibilitas ini membuatnya sangat berharga, terutama untuk menghadapi jadwal padat di kompetisi domestik dan Eropa.
Jika Inter melepas Bisseck, keseimbangan skuad bisa terganggu. Lini belakang akan terlalu bergantung pada pemain senior, sehingga regenerasi tim tidak berjalan mulus. Dengan bertahannya Bisseck, Nerazzurri bisa menjaga keseimbangan antara pengalaman Pavard yang kini digantikan Akanji, dan energi muda Bisseck yang masih berkembang.
Dampak untuk Pavard dan Inter Milan
Bagi Pavard sendiri, kepindahan ke Marseille bisa menjadi awal baru. Ia akan mendapatkan kesempatan bermain lebih reguler, sesuatu yang sulit diraih jika tetap bertahan di Giuseppe Meazza. Marseille pun diuntungkan karena bisa memanfaatkan pengalaman Pavard, sekaligus memiliki opsi membelinya secara permanen.
Bagi Inter, meski kehilangan sosok berpengalaman, mereka tetap merasa percaya diri dengan skuad yang ada. Kedatangan Akanji dari Manchester City dianggap solusi jangka pendek untuk menggantikan Pavard. Sementara itu, fokus klub tetap pada mengembangkan pemain-pemain muda yang diproyeksikan menjadi tulang punggung masa depan.
Strategi Jangka Panjang
Keputusan melepas Pavard mungkin terasa mengejutkan, namun sejatinya sejalan dengan strategi jangka panjang yang kini diusung Inter. Klub tidak lagi semata mengejar prestasi jangka pendek, melainkan berusaha membangun fondasi yang kuat untuk beberapa musim ke depan.
Dengan memprioritaskan pemain muda seperti Bisseck, Inter berusaha menjaga keseimbangan antara performa di lapangan dan keberlanjutan finansial. Pada saat yang sama, mereka tetap berusaha kompetitif dengan mendatangkan pemain berpengalaman seperti Akanji untuk menopang skuad.