JAKARTA - Apa itu akumulasi? Akumulasi merujuk pada proses penambahan secara bertahap, seperti halnya bunga pada deposito yang berkembang seiring waktu.
Anda mungkin sudah familiar dengan istilah "accrual" ketika menyimpan atau membeli barang yang dapat menghasilkan poin atau reward yang terakumulasi.
Namun, jika Anda masih belum mengerti apa itu akumulasi, simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Apa Itu Akumulasi?
Apa itu akumulasi? Secara umum, akumulasi merujuk pada proses mengumpulkan atau menimbun sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih besar di masa depan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akumulasi diartikan sebagai penghimpunan atau pengumpulan yang dapat menjadi modal.
Dalam konteks ekonomi, akumulasi mengacu pada penambahan modal secara bertahap, baik dari bunga maupun sumber lainnya, untuk meningkatkan output atau pendapatan di masa depan.
Sebagai contoh praktis, ketika berbelanja, sering kali ada penawaran untuk mengumpulkan poin atau reward yang nantinya bisa ditukarkan dengan produk setelah mencapai jumlah tertentu.
Jenis-jenis Akumulasi
1. Akumulasi Modal
Akumulasi modal merujuk pada proses mengumpulkan sebagian pendapatan untuk mencapai produksi atau pendapatan yang lebih besar di masa depan dengan cara menabung dan menginvestasikannya kembali.
Keuntungan yang diperoleh dari akumulasi modal bisa berupa bunga, keuntungan, royalti, capital gain, sewa, atau jenis keuntungan lainnya.
Akumulasi modal berfokus pada peningkatan kekayaan melalui tabungan dan investasi yang menguntungkan. Proses ini terjadi melalui berbagai cara di seluruh perekonomian.
Salah satu metode yang digunakan untuk pertumbuhan modal adalah dengan membeli barang berwujud yang dapat merangsang produksi.
Proses ini menjadi dasar dari sistem ekonomi kapitalis, di mana seluruh kegiatan ekonomi direncanakan untuk mengumpulkan modal, dengan tujuan utama untuk memperoleh keuntungan finansial.
Akumulasi modal bisa mencakup aset fisik seperti mesin, tenaga kerja, dan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan produksi.
Dalam hal aset keuangan, akumulasi modal mencakup saham dan obligasi, dengan apresiasi harga menjadi faktor penting dalam akumulasi tersebut.
Mengukur Akumulasi Modal
Pengukuran akumulasi modal dilakukan dengan cara menghitung atau mengukur perubahan nilai aset.
Dalam bisnis, perusahaan akan mempertimbangkan untuk menginvestasikan kembali keuntungan yang didapat ke dalam bisnis itu sendiri.
Tergantung jenis bisnis, reinvestasi bisa berupa investasi dalam aset berwujud atau modal manusia, dengan menilai nilai tambah dari reinvestasi tersebut. Struktur dan kekuatan modal perusahaan dapat dianalisis melalui laporan keuangan.
Dalam perspektif ekonomi dan akuntansi Marxis, akumulasi modal sering kali dilihat sebagai investasi dalam bentuk pendapatan atau tabungan, terutama terkait dengan alat produksi yang nyata.
Akibat dari akumulasi modal ini adalah adanya sentralisasi kekayaan.
Akumulasi Modal dalam Pertumbuhan Ekonomi
Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, akumulasi modal baik dalam bentuk finansial maupun non-finansial menjadi penting, karena lebih banyak modal diperlukan untuk memproduksi lebih banyak barang dan meningkatkan skala produksi.
Dalam beberapa kasus, organisasi yang lebih efisien dapat meningkatkan output tanpa perlu mengeluarkan lebih banyak modal. Hal ini bisa dicapai dengan cara meningkatkan organisasi atau melalui penemuan yang meningkatkan produktivitas.
Contoh konkret dari hal ini adalah ketika perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksinya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.
Perusahaan tersebut dapat meningkatkan modal fisik, seperti membeli peralatan atau meminjam dana untuk memperbesar kapasitas produksi barang dan jasa.
Hubungan Akumulasi Modal dengan Ekonomi
Dalam model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, peningkatan tingkat tabungan dapat memicu lebih banyak investasi, yang pada akhirnya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan menengah. Namun, pandangan ini masih diperdebatkan.
Beberapa ekonom, seperti Solow, berpendapat bahwa peningkatan modal tidak akan menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka panjang, sebagaimana tercermin dalam model pertumbuhan Solow.
Dalam model ini, laju pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
Ketika rasio modal terhadap tenaga kerja sudah tinggi, seperti yang terlihat di negara maju, kontribusi tambahan modal terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi lebih kecil dibandingkan dengan negara berkembang, di mana rasio modal terhadap tenaga kerja masih rendah.
Contoh Akumulasi Modal
Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan produksi pangan domestik dengan cara meningkatkan hasil pertanian petani, terutama sayuran.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah menginvestasikan dalam pembangunan infrastruktur seperti jalan dan menyediakan traktor baru untuk petani.
Investasi dalam pembangunan jalan dan penyediaan traktor bertujuan untuk mengakumulasi modal yang dapat meningkatkan produksi sayuran di masa depan, seiring dengan peningkatan produksi pangan nasional.
Ini adalah contoh bagaimana akumulasi modal bertujuan untuk mencapai hasil yang lebih besar di masa mendatang.
2. Akumulasi Parkir
Akumulasi parkir merujuk pada jumlah total kendaraan yang terparkir pada suatu waktu di lokasi tertentu. Informasi mengenai akumulasi ruang parkir sangat penting untuk merencanakan dan mengontrol kebutuhan ruang parkir di area tertentu.
Survei Akumulasi Parkir
Untuk memperoleh data akumulasi parkir, dilakukan survei untuk mendapatkan riwayat kendaraan yang diparkir pada waktu tertentu.
Akumulasi parkir dapat bervariasi tergantung pada jenis lokasi atau gedung, seperti perkantoran, pusat perbelanjaan, atau apartemen.
Misalnya, akumulasi parkir di perkantoran biasanya lebih tinggi pada siang hari, sementara pusat perbelanjaan atau mall memiliki akumulasi tertinggi pada akhir pekan di sore hari.
Sedangkan, akumulasi parkir di area perumahan atau apartemen lebih tinggi pada malam hari.
Formula Akumulasi Parkir
Akumulasi parkir dihitung dengan rumus berikut:
AP = Ei – Ex
dimana:
- AP = akumulasi parkir
- Ei = jumlah kendaraan yang masuk ke area parkir
- Ex = jumlah kendaraan yang keluar dari area parkir
Jika sebelumnya sudah ada kendaraan yang diparkir di area tersebut, jumlah kendaraan kumulatif akan bertambah sesuai dengan kendaraan yang masuk.
Terkadang, ada kendaraan yang sudah ada sebelumnya, misalnya yang datang sebelum pemeriksaan atau kendaraan yang dibiarkan menginap karena rusak.
Formula yang lebih lengkap:
AP = N + Ei – Ex
dimana:
- N = jumlah kendaraan yang sudah ada sebelumnya
Waktu Pelaksanaan Survei
Saat melakukan survei, waktu pelaksanaan sangat bergantung pada jenis kegiatan di area tersebut.
Misalnya, survei di kantor dilakukan selama jam kerja, di pasar pada pagi hari, di sekolah pada pagi dan sore hari, serta di penginapan atau apartemen pada malam hari.
3. Akumulasi Biaya
Akumulasi biaya adalah metode yang digunakan untuk menghitung total biaya suatu produk atau layanan. Ada dua jenis biaya yang perlu diperhitungkan dalam akumulasi biaya, yaitu:
Akumulasi Biaya Pesanan
Metode ini digunakan untuk menghitung biaya suatu produk berdasarkan pesanan atau kontrak tertentu. Setiap pesanan atau kontrak dapat dihitung secara terpisah dan dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristiknya masing-masing.
Akumulasi biaya pesanan ini sering digunakan pada perusahaan yang menerapkan proses manufaktur diskontinyu, seperti pekerjaan konstruksi, percetakan, bengkel, catering, dan pembuatan furniture.
Akumulasi Biaya Proses
Metode ini digunakan untuk menghitung biaya produk dengan menggabungkan biaya pada setiap unit waktu tertentu.
Akumulasi biaya proses lebih cocok diterapkan pada perusahaan yang menggunakan proses produksi berkelanjutan, seperti perusahaan perakitan mobil, industri farmasi, maskapai penerbangan, dan rumah sakit.
Dalam perhitungan biaya, baik sistem biaya aktual maupun sistem biaya yang telah ditentukan sebelumnya dapat diterapkan, tergantung pada jenis perusahaan dan cara perhitungan yang digunakan dalam setiap urutan atau proses produksi.
4. Akumulasi Penyusutan
Akumulasi penyusutan adalah istilah dalam akuntansi yang menggambarkan penurunan nilai suatu aset seiring berjalannya waktu akibat penggunaan aset tersebut.
Aset yang sering mengalami akumulasi penyusutan antara lain gedung, peralatan pertambangan, dan peralatan elektronik kantor seperti laptop dan printer.
Dalam laporan keuangan, ada dua konsep yang perlu dipahami terkait penyusutan: beban penyusutan dan akumulasi penyusutan.
Beban penyusutan mengacu pada manfaat atau penggunaan aset yang dihitung secara berkala, sedangkan akumulasi penyusutan merujuk pada jumlah total beban penyusutan yang tercatat selama periode tertentu.
Akumulasi penyusutan dicatat dalam neraca, sementara beban penyusutan tercatat dalam laporan laba rugi.
Pada tahun pertama penggunaan aset tetap, nilai akumulasi penyusutan sama dengan beban penyusutan tahun pertama.
Di tahun berikutnya, akumulasi penyusutan adalah jumlah dari penyusutan tahun pertama ditambah penyusutan tahun kedua, dan seterusnya.
Variabel dalam Perhitungan Akumulasi Penyusutan
- Biaya Akuisisi: Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap, termasuk harga beli dan biaya terkait seperti transportasi dan pemasangan.
- Nilai Residual: Taksiran nilai sisa aset setelah digunakan. Nilai ini bisa bervariasi atau bahkan tidak ada jika aset tidak dapat dijual setelah digunakan.
- Harga Buku atau Nilai Historis: Biaya perolehan aset yang dikurangi dengan akumulasi penyusutan selama umur ekonomis aset.
- Umur Ekonomis: Estimasi waktu manfaat aset yang dapat digunakan. Bisa dibedakan antara usia fisik (keadaan fisik) dan usia fungsional (kegunaan).
Jenis-jenis Penyusutan
1. Depresiasi
Penyusutan aset berwujud seperti komputer, kendaraan, mesin, dan furnitur dengan cara yang sistematis, sering kali menggunakan metode garis lurus.
2. Amortisasi
Metode ini digunakan untuk aset tidak berwujud seperti paten, merek dagang, dan waralaba. Penyusutan amortisasi dibatasi hingga 20 tahun.
3. Deplesi
Penyusutan untuk sumber daya alam yang mengalami penurunan nilai fisik seiring waktu, seperti tambang atau hutan.
Metode Menghitung Akumulasi Penyusutan
1. Metode Garis Lurus
Metode ini menghitung penyusutan dengan menganggap bahwa aset memberikan manfaat yang sama setiap tahunnya. Rumusnya adalah:
D = (AC - SV) / LT
di mana:
- D = Penyusutan
- AC = Harga perolehan
- SV = Nilai residu
- LT = Umur ekonomis
2. Metode Saldo Menurun
Metode ini lebih cocok untuk aset yang nilai manfaatnya berkurang lebih cepat di awal. Penyusutannya dihitung berdasarkan persentase yang diterapkan pada harga buku aset. Rumusnya adalah:
D = d% * BV
dengan
d% = 1 - (SV / AC)^n
di mana:
- D = Penyusutan
- d% = Tingkat penyusutan
- BV = Harga buku sebelumnya
- SV = Nilai residu
- AC = Harga perolehan
Perbedaan antara Beban Penyusutan dan Akumulasi Penyusutan
Pada dasarnya, perbedaan antara beban penyusutan dan akumulasi penyusutan terletak pada periode waktu.
Beban penyusutan tercatat untuk setiap tahun, sementara akumulasi penyusutan menggabungkan beban penyusutan yang terjadi selama beberapa tahun.
Di tahun pertama, akumulasi penyusutan akan sama dengan beban penyusutan untuk tahun tersebut, namun di tahun-tahun berikutnya, akumulasi penyusutan adalah jumlah total dari penyusutan yang terakumulasi sejak tahun pertama hingga tahun terakhir yang dihitung.
Mengakumulasikan Kekayaan dengan Investasi
Berinvestasi menawarkan sejumlah keuntungan dibandingkan dengan sekadar menabung, karena investasi cenderung berkembang seiring waktu.
Sebagai contoh, jika Anda menyetor 1 juta ke rekening tabungan, jumlahnya tidak akan banyak berkembang.
Namun, jika Anda menginvestasikan 1 juta, dana tersebut bisa tumbuh sekitar 20% setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa investasi bisa menjadi cara yang lebih efektif untuk mempercepat pertumbuhan kekayaan.
Sebagai penutup, apa itu akumulasi adalah proses pengumpulan yang bertujuan untuk mencapai hasil yang lebih besar di masa depan, baik dalam hal kekayaan atau aset lainnya.