JAKARTA - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) mengambil langkah cepat merespons kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kilogram (gas melon) di wilayah Lombok dengan menyalurkan sebanyak 84.520 tabung elpiji 3 kg. Langkah ini diambil untuk memastikan kebutuhan energi rumah tangga masyarakat tetap terpenuhi di tengah kondisi pasokan yang terbatas.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB, H. Muhammad Rifqi, menjelaskan bahwa kelangkaan gas melon saat ini menjadi perhatian serius karena berpengaruh langsung terhadap masyarakat terutama kalangan rumah tangga yang sangat bergantung pada elpiji 3 kg untuk memasak sehari-hari.
“Kelangkaan gas melon memang terjadi di beberapa daerah di Lombok, sehingga kami segera mengambil langkah cepat dengan menyalurkan 84.520 tabung elpiji 3 kilogram untuk mengantisipasi kekurangan pasokan di lapangan,” terang Rifqi saat dihubungi, Senin (23/6/2025).
Menurut Rifqi, penyaluran gas melon ini difokuskan pada daerah-daerah yang mengalami kelangkaan paling parah. Pemerintah daerah berkoordinasi dengan distributor resmi dan agen elpiji untuk memastikan pendistribusian berjalan lancar dan tepat sasaran.
Penyebab Kelangkaan Gas Melon
Kelangkaan gas melon ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya gangguan pasokan dari pabrik serta meningkatnya permintaan jelang musim kemarau. Selain itu, adanya praktik penimbunan dan penjualan gas elpiji ke pasar gelap juga turut memperparah kondisi distribusi.
“Selain faktor teknis, kami juga mengantisipasi kemungkinan adanya oknum yang menimbun dan memperjualbelikan gas melon di luar jalur resmi, sehingga membuat pasokan di masyarakat makin langka dan harganya melonjak,” kata Rifqi.
Upaya Pemerintah dan Edukasi Masyarakat
Pemprov NTB juga aktif melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak mudah tergiur dengan harga gas melon yang tinggi di pasar gelap dan selalu membeli dari agen resmi. Pemerintah daerah mengimbau masyarakat untuk melaporkan jika menemukan praktik penjualan tidak resmi atau penimbunan gas melon.
“Kami berharap masyarakat ikut serta menjaga kelancaran distribusi gas melon dengan membeli sesuai kebutuhan dan melaporkan jika ada praktik curang,” ujar Rifqi.
Pengawasan dan Penertiban
Selain penyaluran tabung gas elpiji, Pemprov NTB bersama aparat terkait melakukan pengawasan ketat di titik-titik distribusi dan pasar untuk menertibkan pelaku yang melakukan penimbunan dan penjualan gas melon ilegal. Penertiban ini bertujuan agar distribusi elpiji 3 kg kembali normal dan harga terjangkau.
“Pengawasan terus kami tingkatkan supaya distribusi berjalan adil dan tepat sasaran, agar kebutuhan energi masyarakat tetap terpenuhi,” jelas Rifqi.
Dampak Kelangkaan bagi Masyarakat
Kelangkaan gas melon sangat berpengaruh terhadap aktivitas rumah tangga, terutama dalam memasak dan kebutuhan sehari-hari. Harga gas melon yang naik tajam akibat kelangkaan juga membebani ekonomi keluarga.
Seorang warga Lombok Tengah, Siti Nurhayati, mengaku kesulitan mendapatkan gas melon dalam beberapa hari terakhir. “Harga gas melon di pasar kadang naik dua kali lipat dari harga resmi, dan stoknya sulit didapat. Ini sangat memberatkan kami yang biasanya memasak dengan elpiji 3 kg,” ungkap Siti.
Harapan Pemprov NTB
Dengan penyaluran 84.520 tabung elpiji 3 kg serta upaya pengawasan ketat, Pemprov NTB berharap kelangkaan gas melon segera teratasi dan masyarakat kembali mendapatkan pasokan elpiji dengan harga normal.
“Pemerintah provinsi berkomitmen memastikan ketersediaan dan keterjangkauan energi bagi masyarakat, sehingga aktivitas rumah tangga dan ekonomi tidak terganggu,” tutup Rifqi.