Jakarta - Di tengah meningkatnya kekhawatiran global terhadap perubahan iklim dan emisi karbon, Jepang menunjukkan langkah inovatif dalam pemanfaatan limbah peternakan. Di Negeri Sakura, kotoran sapi kini tidak hanya menjadi limbah biasa, tetapi diolah menjadi sumber bahan bakar bersih yang mampu menggerakkan kendaraan seperti mobil dan traktor. Teknologi ini menjadi harapan baru bagi masa depan energi terbarukan, sekaligus menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil, Selasa, 8 April 2025.
Langkah revolusioner ini dilakukan oleh sejumlah peternakan sapi perah di Hokkaido, wilayah utara Jepang yang dikenal sebagai pusat produksi susu nasional. Tak hanya memenuhi lebih dari setengah kebutuhan susu negara itu, peternakan-peternakan ini kini juga menjadi pionir dalam produksi hidrogen bersih.
Dari Kotoran Sapi ke Tangki Bahan Bakar
Proses inovatif ini melibatkan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas, yang kemudian dikonversi menjadi hidrogen. Hidrogen tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bertenaga fuel cell, seperti truk pertanian, traktor, dan mobil.
Menurut laporan dari NHK World Japan, teknologi ini dikembangkan untuk menciptakan siklus energi berkelanjutan yang tidak bergantung pada bahan bakar fosil. Sebab, mayoritas hidrogen di dunia saat ini masih diproduksi melalui reformasi metana—senyawa utama dalam gas alam yang berasal dari dalam tanah—dan berkontribusi besar terhadap emisi karbon.
“Kami ingin menciptakan sistem energi yang bersih dan lokal. Dengan mengubah limbah sapi menjadi bahan bakar, kami tidak hanya mengurangi polusi, tapi juga membantu petani menghemat biaya energi,” ujar Yuki Yamazaki, peneliti energi dari Universitas Hokkaido, yang terlibat dalam proyek tersebut.
Menjawab Tantangan Emisi Karbon
Data dari Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan bahwa produksi hidrogen global menghasilkan lebih dari 830 juta ton emisi karbon per tahun. Ini menjadikan inovasi Jepang sebagai langkah penting untuk mengurangi jejak karbon dalam sektor energi.
Dengan memanfaatkan limbah organik dari sekitar 2.000 ekor sapi, sebuah peternakan di Hokkaido mampu menghasilkan cukup hidrogen untuk mengoperasikan kendaraan selama satu hari penuh. Sisa dari proses ini berupa pupuk organik yang dapat digunakan kembali di lahan pertanian.
“Teknologi ini membawa banyak manfaat. Selain menyediakan bahan bakar bersih, juga mengurangi bau dan limbah di peternakan,” kata Koji Tanaka, seorang peternak lokal yang sudah menerapkan sistem ini di lahannya.
Solusi Terbarukan bagi Dunia Pertanian
Inisiatif ini bukan hanya berdampak pada sektor energi, tetapi juga pada efisiensi dan keberlanjutan di bidang pertanian. Dengan kendaraan pertanian berbahan bakar hidrogen, petani dapat mengurangi konsumsi diesel yang selama ini menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca di lahan pertanian.
Proyek ini juga mendapat dukungan dari pemerintah Jepang sebagai bagian dari rencana nasional untuk mencapai netralitas karbon pada 2050. Kementerian Lingkungan Hidup Jepang menyebutkan bahwa inovasi di sektor pertanian seperti ini sangat krusial untuk mencapai target iklim.
Tantangan dan Prospek ke Depan
Meski menjanjikan, teknologi ini masih menghadapi tantangan, terutama dalam hal biaya produksi dan infrastruktur distribusi hidrogen. Namun para peneliti optimis bahwa dengan peningkatan skala dan dukungan kebijakan, biaya bisa ditekan dalam beberapa tahun ke depan.
“Dalam jangka panjang, hidrogen dari limbah peternakan bisa menjadi alternatif serius bagi energi fosil, terutama untuk sektor-sektor yang sulit dialiri listrik seperti transportasi berat dan pertanian,” jelas Yamazaki.
Jepang berharap keberhasilan proyek ini dapat menjadi model global, terutama bagi negara-negara dengan industri peternakan besar yang menghadapi masalah limbah dan emisi.